Sunday 27 September 2015

REVIEW SADIS SELF/LESS

Halo brosis gue yang gantengnya kayak Ryan Reynold balik lagi, kemaren gue udah nonton Everest dan gue merasakan sebuah perasaan hati tergoyahkan tidak bisa berkata kata karena film ini penuh bahan celaan yang tidak bisa dicelakan karena berdasarkan sebuah TRUE STORY ehm ehm SHIT. okay let it be gone *teriak ala Maleficient*. gue mau review sebuah film yang akhirnya bisa gue cela dengan sepenuh hati menarik semua kebaikan agar terjadi celaan maha dahsyat..... soo this is it,


entah kenapa gue mau banget duduk anteng disamping kakak gue yang cerewetnya minta ampun dan harus memeras otak menonton film yang bahkan judulnya saja membuat saya mati kutu membuka google untuk mecari apa fungsi dari sebuah tanda " / " apa sih fungsinya??? jujur aja gue agak gimana pas liat judulnya. yang bikin gue mikir what the true meaning of SELF / LESS it self. shit i write it twice. menurut 3 web yang gue kunjungi, garis miring " / " ini berarti sebuah penghubung dan tidak dianjur kan menggunakan sebagai "Atau"

DARI WEB

DARI WIKIPEDIA

DARI WEB


Sebenernya I dont give a SHIT ya buat judulnya, cuman hati gue tergelitik buat mencari tau apa fungsi dari tanda garis miring itu sendiri dan gue kewalahan. seharusnya Selfless saja sudah mengartikan bahwa maksud dari kata itu adalah "BUKAN DIRINYA SENDIRI" lalu kenapa? kenapa harus ada garis miring di judulnya, setelah gue tonton filmnya, gue sadar....... difilm ini ada satu tubuh yang diisi dua orang, SELF yang meaning diri sendiri, dan SELFLESS bukan dirinya sendiri. alih alih menulis SELF/SELFLESS yang merujuk pada maksud "Saya dan Bukan Diri Saya" yang begitu rumit dan ambigu, maka diwujudkanlah kata baru SELF/LESS that make any little sense. but SHIT still be a SHIT when it come to an any sin, buat gue penggunaan judul yang WAGU ini menjadi celaan utama dari apa yang bahkan filmnya belum berjalan.

Diawal film kita disuguhi kekayaan seorang DAMIAN yap karater utama yang sebenarnya bukan karakter utama. *Mikir Keras* oke gue garis bawahi dulu, karakter utama adalah Damian, tapi pemeran utamanya bukan yang jadi Damian, mmmmphhh.... jadi actor yang memerankan Damian bukanlah pemeran utama melainkan cuma sampingan meskipun akhirnya damianlah peran utamanya.. aduh.. tiba2 Goblok.

intinya pemeran Damian saat masih tua, yang belum di transfer memory bukanlah peran utama. setelah dimainkan oleh Ryan Reynold, ya saya tau... saya... saya ganteng banget >> SKIP. setelah karakter Damian ditransfer di tubuh baru yaitu Ryan Reynold barulah dia menjadi karakter utama. aduh blibet bgt gue. langsung aja.

20 menit pertama film ini menyuguhkan begitu banyak keboringan yang sama sekali doesnt make any sense to the main story, seolah2 cuman buat "genep2" kalo bahasa jawanya. intinya ngisi waktulah. barulah setelah masuk ke main storynya si Damian ini dibawa ke Lab untuk di Stitch, istilahnya dipindah memorinya ke tubuh yang lebih muda, dan di point ini kejanggalan dan ke-LOW BUDGET-an muncul.
konsep yang dibangun disini adalah sebuah mesin pemindah pemikiran ke tubuh baru yang di premis awalnya hanya diceritakan sebagai TUBUH GENETIKA REKAYASA yang dibuat untuk pemindahan ingatan saja. gue sempet mikir harusnya fasilitasnya mengharuskan penggunanya masih BANGET kudu chop in banyak kabel ke kepala dan mentransfer ingatan melalui panel panel kabel ini... bahkan untuk konsep after colliding the world, macam Matrix, neo harus nancepin jarum segedhe gaban ke otaknya. nah ini... disini yang terkesan masih abad 20 yang segalanya masih biasa2 aja digambarkan pemindahan hanyalah seolah2 orang masuk ke mesin cuci, cuman pala doang, mesin muter2 ga jelas, trus program berhasil. let I said, WHAT DA FUQ I JUST WATCH


gue ga tau sih konsep cerebro.. atau otak gitu, yang gue tau mah otak2 celup. tapi buat orang yang terlampau cerdas dalam menganalisa film *halah* gue kok merasa dibodohi.

di mainstorynya disini ternyata Damian tidaklah damian saja, doi ternyata tidak juga REBORN di tubuh genetika rekayasa, melainkan hidup di tubuh orang lain yang ternyata masih hidup, DAFUQ, another doesnt make any sense thing. gue sampe sini udah kewalahan mikir keras. ternyata orang lain yang tubuhnya diisi pikiran Damian ini sewaktu waktu bisa memberontak keluar kalo Damian ga minum pil, kok semacam Ehm, THE HOST nya si vampire2an Stephanie Meyers itu ya.. oke SKIP>>

yang gue suka dari film ini meskipun premis yang dibangun runtuh seketika dengan kegagalan plot, gue suka banget pada kenyataan Damian ga mau kehilangan dirinya, dia ga mau kalah dengan the other side yang tidak salah dan tidak bukan adalah si pemilik tubuh itu sendiri. keinginan ingin survive ini jempolan banget dan terlihat real, *sial gue memuji* oke kembali mencela...

dihadapkan dengan keingian survive dan keingintahuannnya tentang pemilik tubuh Damian harus membuka sebuah luka yang sebenarnya ga perlu, ketika bertemu dengan Istri dan anak si pemilik tubuh ini Damian merasa Iba, dan dengan ini dia harus dikejar kejar dengan para Scientist yang jelas jelas melarang Damian untuk mencari tahu memori yang tidak real itu, dan mulailah kejar kejar non intelektual ala2 film bodon

kita ambil kesimpulan singkat, jika kalian bisa melakukan hal ajaib seperti mentransfer pikiran ke tubuh orang lain, dibutuhkan berapa lama untuk mecari orang yang tidak lebih pintar dari kalian?? kalian punya alat mutakhir tapi otak kalian ga mutakhir, kalian bodoh sekali para scientist.. *standing applause di bioskop*

sesi kejar2an umpet2an ini berlangsung lama banget, dan gue sampe bosen, dan sampe pada akhirnya berakhir pada Damian malah nyari tau dimana Labnya si Scientist ini karna emang ga dikasih tau diawal dimana tempatnya, dan pleaseeeeeeeeeee masa gue kudu nulis ulang? bentar gue kopi paste dulu tulisan diatas diganti dikit.

kita ambil kesimpulan singkat, jika kalian bisa melakukan hal ajaib seperti mentransfer pikiran ke tubuh orang lain, dibutuhkan berapa banyak keamanan di Lab kalian untuk berjaga2 fasilitas kalian disusupi orang?? kalian punya alat mutakhir tapi otak kalian ga mutakhir, kalian bodoh sekali para scientist.. *standing applause di bioskop 2x*

yap Damian berhasil masuk fasilitasnya, dan ngobrak ngabrik tempatnya dan membumi hanguskan si ilmuan ini... sehingga hidupnya tidak lagi dikejar kejar. dan gue pikir sampe sini gue bakal berhenti mencela, karna sudah mau habis filmnya, tapi......

diakhir film Damian dan Istri dan anak si pemilik tubuh yang dipake Damian ini berpisah dengan damai, dan gue seneng banget, karna ini realistis banget.... Damian ga berusaha menye menyerahkan tubuhnya agar kembali ke sipemilik tubuh asli. Damian ingin Survive, Damian ingin Hidup... realistis sekali, oke gue singgung dulu bentar tentang realistis.

Misal kamu orang kaya dan kamu bisa hidup lagi, tapi ternyata kamu harus hidup ditubuh orang lain yang masih hidup, akankah kamu merelakan dirimu mati demi orang yang kamu pakai tubuhnya hidup?? kita bicara realistis, kalo gue ENGGAK. gue ga bicara tentang hati mulia atau gimana2, gue pengen survive.

tapi hal yang bikin gue sedih karena ke-happy-an gue direnggut, diakhir film akhirnya Damian ngga minum obatnya, dia menyiksa dirinya sendiri sedikit demi sedikit ingatannya memudar... dan balik ke si pemilik tubuh aslinya.... anjing banget bagian ini dah. kesan realistisnya hilang cuma karna pengen membuat film ini menuju kesan Drama-ish... dan Happy Ending, bukannya gue ga suka happy ending, tapi film ini udh membangun sebuah istana runtuh, dan ketika diakhir dia bisa menciptakan sebuah kastil epik, mereka meruntuhkannya lagi.

untuk sebuah film action dengan bumbu romance jangan harap deh akhirnya bakal more realistik. so gue agak ga suka sama ending SELF/LESS ini. dan ini rekor gue ga ngomong ANJING sama sekali pas ngereview padahal tagline gue SADIS.

bagaimana menurut kalian???










Posted on by Gavindra Pradhata | No comments

0 coment�rios:

Post a Comment